Minggu, 31 Mei 2020

PTK MATEMATIKA KELAS VIII SMP

Permasalahan dalam judul ptk matematika smp ini adalah: Apakah model pembelajaran matematika cooperative  learning tipe STAD melalui pemanfaatan alat peraga lebih efektif daripada model pembelajaran  konvensional terhadap hasil belajar khususnya aspek pemahaman konsep peserta didik kelas VIII  semester II SMP NEGERI tahun pelajaran 2006/2007 pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran ptk matematika smp semester 1.

ptk matematika terbaru ini bertujuan untuk mengetahui lebih efektif mana model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui ptk matematika semester 2 pemanfaatan alat peraga dan model pembelajaran konvensional  terhadap  hasil  belajar  aspek pemahaman konsep peserta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI tahun pelajaran 2006/2007 pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII semester II SMP Negeri tahun pelajaran 2006/2007. Dengan teknik random sampling terpilih sampel yaitu kelas VIII-F sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII-D sebagai kelompok kontrol yang masing-masing 40 peserta didik. Kelompok eksperimen diberi pengajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif STAD. Sedangkan kelompok kontrol dengan pendekatan pembelajaran konvensional ptk matematika kurikulum 2013. 
Dari penelitian diketahui bahwa rata-rata kelompok eksperimen = 66,45 dan rata-rata kelompok kontrol = 65,68. Dengan  n1 = 40 dan n2 = 40 diperoleh thitung = 2,884. Dengan taraf nyata 5% dan dk = 78 diperoleh ttabel = 1,98. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti pembelajaran matematika pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pemanfaatan alat peraga lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional download ptk matematika smp.

Kata Kunci : Model Pembelajaran: Cooperative Learning Tipe STAD, Alat Peraga, Keliling dan Luas Daerah Lingkaran.


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Kemajuan ilmu ptk matematika smp lengkap pengetahuan dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan kita dewasa ini. Tantangan tentang peningkatan mutu, relevansi danefektivitas pendidikansebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan baik jika programnya didesain secara jelas dan aplikatif. Dalam hubungan inilah para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan metode mengajar  yang  diterapkan  dalam  sistem  pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran matematika kebanyakan menjurus ke matematika murni, cepat dan abstrak, kurang memperhatikan kemampuan dan jiwa anak, umumnya peserta didik lebih banyak memperoleh pengalaman tak langsung. Peserta  didik  lebih  banyak  memperoleh  informasi  pada  taraf  percaya, baik percaya pada gurunya maupun pada buku. Hal ini menyebabkan peserta didik merasa sulit mengikuti pendidikan matematika, yang akhirnya mereka merasa takut dan pada gilirannya nanti tidak senang terhadap matematika.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan  sosial budaya,  dan  alam  semesta,  serta  dapat  mengembangkan  kemampuan  lebih lanjut dalam dunia kerja/pendidikan tinggi. Peserta didik SMP pada umumnya masih berusia 11 sampai 16 tahun. Pada usia itu mereka belum memiliki daya analisa dan abstraksi yang sempurna. Mereka lebih mudah memahami benda- benda yang konkrit atau benda-benda nyata. Hal ini telah dikemukakan oleh seorang  psikolog  terkenal  bernama  Jerome  Bruner  yang  mengatakan  bahwa: ”bagi anak-anak berumur antara 7-17 tahun, untuk mendapatkan daya tangkap dan   daya   serapnya   melalui   ingatan,   pemahaman   dan   penerapan   masih memerlukan mata dan tangan”.

Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa sampai saat ini minat belajar terhadap matematika masih rendah khususnya pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran. Misalnya saja di SMP NEGERI, peneliti melihat bahwa penggunaan alat peraga sangatlah minim. Hal ini dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Sehingga peserta didik kurang bisa mengenal   obyek   metematika   secara langsung tetapi hanya abstrak.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah harus berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Usaha pemerintah dalam hal ini salah satu diantaranya dengan meningkatkan mutu pengajaran, baik  melalui penataran, seminar dan yang lainnya. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan guru, terutama tentang metode, pendekatan, strategi dan keterampilan dalam pengajaran matematika. Salah satu metode yang tepat dan telah diujicobakan yaitu menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika.

Alat peraga dapat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran  matematika, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya memanfaatkan alat peraga dalam proses kegiatan belajar mengajar, hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pengertian  akan  pentingnya  alat peraga, kurang biaya, waktu dan tenaga.

Selain penggunaan alat peraga, model pembelajaran juga mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Salah satu alternatif model pembelajaran dalam KTSP adalah model Cooperative  Learning. Model ini biasa  juga  disebut model gotong royong. Sifat belajar Cooperative learning tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Salah satu model yang identik  dengan cooperative Learning adalah metode STAD (Student Teams Achievement Divisions). STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Upaya pemerintah  dalam  rangka  memperbaiki  mutu  pendidikan  di Indonesia selain usaha di atas yaitu dengan membenahi kurikulum yang telah berlaku. Mulai tahun 2006, di dalam sistem pendidikan Indonesia diberlakukan   Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing  satuan  pendidikan  yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Dalam KTSP, pembelajaran  matematika  mencakup tiga aspek penilaian yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi, dan aspek pemecahan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi oleh aspek pemahaman konsep dalam sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran.

Untuk mengetahui pengaruh keefektifan model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan alat peraga terhadap hasil belajar peserta didik, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD  melalui pemanfaatan alat peraga pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI tahun pelajaran 2006/2007. Penelitian ini dibatasi kurun waktu tertentu yaitu pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran kelas VIII semester II tahun pelajaran 2006/2007 dan aspek pemahaman konsep.

B.  Permasalahan

Berdasarkan pada alasan pemilihan judul, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. “Apakah model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan alat peraga lebeih efektif daripada model pembelajaran konvensional  terhadap  hasil  belajar  khususnya aspek pemahaman konsep peerta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI tahun pelajaran 2006/2007 pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran? “

C.  Tujuan Penelitian

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  lebih  efektif  mana  model pembelajaran matematika cooperative learning tipe STAD melalui pemanfaatan alat peraga dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar khususnya aspek pemahaman konsep peserta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI tahun pelajaran 2006/2007 pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran.

D.  Manfaat Penelitian

Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  yang  luas pada banyak pihak, antara lain : guru, peserta didik, sekolah dan peneliti.

1.   Manfaat bagi guru
a.  Memberikan alternatif bagi guru untuk menentukan metode dalam mengajar yang dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik.
b.   Memberikan  informasi  kepada  guru  bahwa  menggunakan  alat  peraga mempermudah guru dalam memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang berupa perorangan maupun kelompok.

2.   Manfaat bagi peserta didik
Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas dan hasil belajar peserta didik.

3.   Manfaat bagi peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung bagaimana memilih strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat sehingga dimungkinkan kelak terjun di lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman. Peneliti akan memiliki dasar-dasar kemampuan mengajar dan kemampuan mengembangkan pembelajaran menggunakan media alat peraga.

E.  Penegasan Istilah

1.   Keefektifan
Keefektifan artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usaha atau tindakan (Kamus  Besar Bahasa Indonesia, 2002:284). Keefektifan yang dimaksud dalam  penelitian  ini  adalah  keberhasilan tentang suatu usaha atau tindakan yaitu  keberhasilan  pemberian  model  pembelajaran matematika cooperative  learning  tipe  STAD  melalui  pemanfaatan  alat peraga pada peserta didik kelas VIII semester II SMP NEGERI tahun pelajaran 2006/2007 pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran. Dikatakan berhasil jika hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran matematika cooperative learning tipe  STAD melalui pemanfaatan alat peraga lebih baik daripada yang  diajar  dengan model konvensional.

2.   Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para peserta didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan  peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika tersebut  (Amin,
2004:2).

3.   Cooperative Learning tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam  memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu contoh model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran STAD. STAD merupakan model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.

4.   Alat Peraga
Alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah  dimengerti oleh peserta didik. Alat peraga juga dapat diartikan benda- benda konkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:28).

5.   Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Catharina, 2006:5). Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar khususnya aspek pemahaman konsep pada sub materi pokok keliling dan luas daerah lingkaran. Aspek pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditujukan peserta didik dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur(algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.

6.   Keliling dan Luas Daerah Lingkaran
Keliling lingkaran adalah panjang busur lingkaran yang ditentukan oleh jari-jari lingkarannya (Husein, 2005:59)
Luas   daerah   lingkaran   adalah   luas   daerah   yang   dibatasi   oleh   suatu lingkaran bagian dalam dengan satuan persegi (Husein, 2005:60)

F.   Sistematika Skripsi

Untuk mengetahui mengenai gambaran isi dari penelitian ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisan skripsi secara garis besar. Adapun sistematikanya adalah bagian awal berisi tentang halaman judul, abstrak, lembar pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran. Bagian pokok berisi bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,   permasalahan,   tujuan   penelitian,   manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi. Bab II landasan teori dan hipotesis  yang  berisi  tentang  landasan  teori,  kerangka  berfikir dan  hipotesis. Bab III metode penelitian berisi tentang sampel penelitian, populasi penelitian, variabel  penelitian,  alat  pengumpulan  data,  teknik  pengumpulan  data  dan analisis data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran. Bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan lampiran.


1 komentar: